Kilasinformasi.com, 22 Maret 2025, – Para pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Banten menunjukkan komitmen luar biasa dalam memastikan akurasi Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Dengan beragam tantangan yang dihadapi, termasuk medan yang sulit dan akses yang terbatas, mereka tetap bersemangat untuk melakukan ground checking di lapangan. Upaya ini tidak hanya penting untuk validasi data, tetapi juga untuk memastikan bahwa bantuan sosial tepat sasaran bagi keluarga yang membutuhkan.
Salah satu contoh nyata adalah perjuangan Anis Fuad, pendamping PKH di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang. Fuad mengemban tanggung jawab untuk mendampingi 468 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang tersebar di empat desa. Dari jumlah tersebut, 363 KPM menjadi sasaran untuk verifikasi DTSEN. Tugas ini bukan hal mudah, mengingat salah satu desa yang dia dampingi, yakni Desa Wargasara, berada di pulau yang terletak 24 mil dari pusat Kabupaten Serang. Jarak ini setara dengan jarak dari Kepulauan Seribu menuju Monas, Jakarta, jika ditarik garis lurus. Di desa tersebut, ada 75 KPM yang harus diverifikasi.
“Saya sudah mulai melakukan pendataan sejak 2 Maret 2025. Sejauh ini, saya sudah mendata 115 KPM dari total 397 target,” ujar Fuad. Meski begitu, verifikasi di pulau hanya bisa dilanjutkan setelah Lebaran. “Sekarang bulan puasa, jadi setelah Lebaran baru saya bisa melanjutkan ke sana,” tambahnya.
Baca Juga, Kilasinformasi: Pemutakhiran Data Sosial Ekonomi Nasional Dimulai: 33.000 Pendamping PKH Terlibat dalam Uji Petik DTSEN
Metode Ground Checking yang Lebih Mendalam
Fuad sangat mengapresiasi metode baru dalam ground checking DTSEN yang lebih mendalam. “Dengan metode ini, data yang dikumpulkan benar-benar riil. Kita tidak hanya memverifikasi tempat tinggal dan aset yang dimiliki, tetapi juga kondisi ekonomi setiap keluarga. Satu survei bisa memakan waktu 10 hingga 15 menit,” jelasnya.
Perbedaan utama yang dirasakan Fuad adalah kedalaman data yang dihimpun. Sebagai contoh, ada penerima bantuan sosial yang rumahnya terlihat tidak layak huni, tetapi ternyata ada anggota keluarga yang memiliki penghasilan di atas Upah Minimum Regional (UMR). Hal ini akan menjadi pertimbangan dalam penyaluran bantuan sosial.
Meskipun begitu, perjalanan Fuad tidak selalu mulus. “Awalnya aplikasi verifikasi sempat bermasalah, tapi sekarang sudah diperbaiki. Jaringan juga sering bermasalah, tetapi untungnya ada fitur mode offline yang membantu kami tetap bekerja,” ujar Fuad.
Semangat dan Tanggung Jawab yang Tak Pernah Padam
Fuad tidak hanya bekerja sebagai pendamping, tetapi juga sebagai bagian dari sistem yang lebih besar untuk memastikan data yang dihimpun dapat digunakan dengan tepat oleh pemerintah dan lembaga terkait lainnya. “Data ini sangat dinantikan oleh banyak pihak, bukan hanya kementerian, tetapi juga lembaga lainnya. Jadi, kami harus bekerja dengan sebaik-baiknya,” tegasnya.
Tantangan serupa juga dialami oleh Ikhwan, seorang pendamping PKH di Kecamatan Puloampel, Kabupaten Serang. Ikhwan bertanggung jawab untuk mendampingi sekitar 1.600 KPM yang tersebar di sembilan desa. Salah satu desa yang ia dampingi, Desa Pulopanjang, terletak di sebuah pulau yang hanya bisa dijangkau dengan kapal motor selama 20 menit. “Biayanya Rp10 ribu per orang, dan jika membawa motor sendiri, biayanya bisa mencapai Rp15 ribu,” kata Ikhwan.
Baca Juga, Kilasinformasi: Mensos Gus Ipul Tegaskan Pentingnya Peran Pendamping PKH dalam Pemutakhiran DTSEN
Selama dua minggu terakhir, Ikhwan berhasil mendata 116 KPM. Ia menyadari bahwa tugas ini bukan sekadar kewajiban administratif, tetapi juga tanggung jawab moral kepada masyarakat. “Masyarakat di luar sana berharap yang terbaik dari kami. Jadi, kita harus menunjukkan kinerja terbaik,” ujar Ikhwan.
Mengatasi Tantangan Bersama
Ikhwan juga menyampaikan pesan motivasi kepada rekan-rekannya. “Segala sesuatu yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh pasti akan selesai. Tapi jika ditunda-tunda, meskipun tugas itu ada di depan mata, tetap tidak akan selesai,” ungkapnya. Semangat Ikhwan ini menjadi pengingat bahwa meskipun medan yang dihadapi sangat berat, hasil yang dicapai akan memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat.
Baca Juga, Kilasinformasi: Mensos Gus Ipul Tegaskan Pentingnya Peran Pendamping PKH dalam Pemutakhiran DTSEN
Para pendamping PKH di Banten, seperti Fuad dan Ikhwan, menunjukkan dedikasi luar biasa meskipun menghadapi tantangan medan yang berat dan keterbatasan waktu. Mereka bukan hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam memastikan akurasi data sosial yang akan menentukan penerima bantuan sosial. Di tengah bulan Ramadan dan segala keterbatasan, semangat mereka untuk memberikan yang terbaik tetap tak surut.
Kisah mereka mengingatkan kita bahwa tugas pendamping PKH jauh lebih dari sekadar mencatat data; mereka berperan vital dalam memastikan bantuan tepat sasaran dan memberikan dampak nyata bagi kehidupan masyarakat.
Sumber : Kemensos