Kilasinformasi.com, Dieng, Wonosobo – Dataran Tinggi Dieng, surga wisata alam di jantung Jawa Tengah, kini resmi menyandang status sebagai Geopark Nasional. Penetapan ini tertuang dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 172.K/GL.01/MEM.G/2025. Dengan status baru ini, kawasan Dieng diharapkan dapat terus dikembangkan secara berkelanjutan, selaras dengan pelestarian geologi, hayati, dan budaya yang dimilikinya.
Geopark Nasional Dieng meliputi dua wilayah administratif, yaitu Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Di Wonosobo, cakupannya meliputi 45 desa yang tersebar di lima kecamatan: Kejajar, Garung, Watumalang, Wonosobo, dan Mojotengah. Sementara di Banjarnegara, tersebar di 58 desa di Kecamatan Batur, Pejawaran, Pagentan, dan Wanayasa.
Secara total, kawasan ini mencakup 23 geosite (situs geologi), 8 biosite (situs keanekaragaman hayati), 10 cultural site (situs budaya), dan 6 destinasi wisata menarik lainnya.
Baca Juga, Kilasinformasi: Mengunjungi Wisata Religi Nyatnyono
Konsep taman bumi atau geopark bukan hanya soal destinasi wisata, tetapi menyangkut pengelolaan kawasan secara berkelanjutan. Sebagaimana dijelaskan Kementerian ESDM, geopark memadukan tiga unsur utama: keanekaragaman geologi, hayati, dan budaya. Tujuan akhirnya adalah mendorong pembangunan ekonomi lokal tanpa mengorbankan kelestarian alam dan kearifan lokal.
Berikut beberapa contoh kekayaan yang terdapat di kawasan Geopark Dieng:
Geosite (Situs Geologi)
Mulai dari fenomena vulkanik seperti Kawah Sileri dan Kawah Sikidang, hingga formasi lava purba Gunung Prambanan dan Telaga Menjer yang memesona. Kawasan ini menjadi laboratorium alam terbuka bagi geologi vulkanik.
Biosite (Situs Keanekaragaman Hayati)
Kawasan ini juga menjadi habitat bagi Domba Wonosobo yang unik dan flora khas pegunungan seperti di Bukit Kekep atau Telaga Dringo. Keberadaan Arboretum Kali Anget juga menjadi pusat konservasi tanaman lokal.
Cultural Site (Situs Budaya)
Budaya Dieng yang khas tak kalah penting. Tradisi Ruwatan Rambut Gimbal, Kompleks Candi Arjuna, Tari Topeng Lengger, hingga rumah-rumah tradisional menjadi bukti bahwa masyarakat lokal memelihara warisan leluhur secara turun-temurun.
Dari sisi ekonomi kreatif, pengunjung bisa menikmati Kopi Babadan, Teh Tambi, serta mengunjungi Power Plant Geodipa yang menunjukkan sinergi antara energi terbarukan dan pariwisata edukatif.
Penetapan status Geopark Nasional ini bukan hanya soal pengakuan, tetapi juga peluang. Dengan pengelolaan yang baik, Geopark Dieng bisa menjadi model pembangunan pariwisata berbasis konservasi yang inklusif, menggerakkan ekonomi desa, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan dan budaya.
Baca Juga, Kilasinformasi: Indonesia-Tiongkok Sepakat Perkuat Sektor Pariwisata
Dengan ini, Jawa Tengah kini memiliki tiga kawasan geopark: dua berskala global (Geopark Gunung Sewu dan Geopark Karangsambung-Karangbolong Kebumen), serta satu di level nasional yaitu Geopark Dieng.
Penetapan Geopark Nasional Dieng harus disambut dengan strategi jangka panjang yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat lokal, pelestarian lingkungan, dan promosi pariwisata yang bertanggung jawab. Dieng bukan hanya tempat wisata, melainkan warisan bumi yang harus dijaga bersama.
Sumber: visit.jawatengah


