Seorang bocah enam tahun bernama Syahrul mencuri perhatian Menteri Agama dalam kegiatan pengenalan siswa baru di MAN 4 Jakarta. Dengan percaya diri, ia menyatakan ingin jadi Presiden RI, bukti bahwa madrasah mampu menanamkan mimpi besar sejak usia dini.
Kilasinformasi.com, Jakarta – Cita-cita besar bisa tumbuh dari tempat yang sederhana. Seperti yang ditunjukkan Syahrul, calon siswa Madrasah Ibtidaiyah berusia enam tahun, yang mengungkapkan keinginannya menjadi Presiden Republik Indonesia saat menghadiri Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (Matsama) Tahun Pelajaran 2025/2026 di MAN 4 Jakarta Selatan, Senin (14/7/2025).
Syahrul yang dipanggil ke depan oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar tampil percaya diri dan spontan mengutarakan mimpinya. Hal ini membuat Menag terkesan dan menilai bahwa madrasah berhasil menanamkan semangat bermimpi tinggi kepada peserta didiknya sejak dini.
Baca Juga, Kilasinformasi: 106 Siswa MAN 1 Yogyakarta Lolos SNBT 2025, Bukti Madrasah Kian Kompetitif
“Saya tidak menyangka ada anak sekecil ini yang sudah punya cita-cita besar. Ini menunjukkan bahwa madrasah mampu menanamkan mimpi sejak dini. Anak-anak seperti Syahrul harus kita dukung sepenuh hati,” ujar Menag.
Dalam kesempatan yang sama, seorang siswa MAN 4 Jakarta lainnya bernama Aufar juga mengutarakan cita-citanya menjadi dokter. Cerita Aufar ini membawa Menag pada kenangan pribadi, karena ketiga anaknya yang juga alumni MAN 4 kini telah menjadi dokter, bahkan ada yang kuliah di Australia dan ITB melalui beasiswa.
Menurut Menag, hal ini membuktikan bahwa madrasah mampu mencetak lulusan berkualitas dalam berbagai bidang, baik duniawi maupun ukhrawi.
“Ketiga anak saya sekolah di sini dan semuanya menjadi dokter. Bahkan ada yang lanjut ke ITB dan kuliah di Australia dengan beasiswa. Itu bukti bahwa madrasah bisa bersaing dan bahkan unggul,” jelasnya.
Menteri Agama menegaskan, keunggulan madrasah tidak hanya pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan spiritualitas siswa. Di madrasah, siswa tidak hanya diajarkan ilmu, tetapi juga nilai-nilai Ilahiah yang menjadikan mereka lebih utuh sebagai manusia.
“Madrasah tidak hanya mencetak anak yang pintar, tapi juga anak yang punya akhlak dan kedalaman spiritual. Inilah yang menjadikan madrasah relevan untuk membentuk pemimpin masa depan,” katanya.
Baca Juga, Kilasinformasi: Nurul Ain: Dari Pelajar Madrasah ke Universitas Indonesia
Ia juga menyoroti pentingnya peran guru madrasah sebagai pembimbing spiritual, bukan sekadar pengajar. Guru madrasah harus terus diasah dan dibina agar mampu membimbing generasi muda dengan keteladanan, intelektualitas, dan kedalaman ruhani.
“Kalau gurunya lemah secara spiritual, maka sulit membimbing anak menjadi arif. Kita butuh guru yang tajam secara ruhani dan kuat secara intelektual,” tegasnya.
Matsama, sebagai ajang pengenalan lingkungan madrasah, menurut Menag adalah momentum penting untuk menanamkan nilai cinta agama, bangsa, dan ilmu sejak dini. Ia berharap semangat Syahrul menjadi inspirasi bagi seluruh siswa madrasah untuk berani bermimpi besar dan percaya diri menghadapi masa depan.
Sumber: Kemenag


