Pariwisata masa kini tak cukup hanya menjual pemandangan indah. Di Yogyakarta, pendekatan baru tengah dikembangkan: menghadirkan wisata yang menyentuh hati, menggugah kesadaran, dan sarat makna kehidupan.
Kilasinformasi.com, Yogyakarta — Di tengah persaingan global pariwisata yang makin sengit, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menawarkan pendekatan segar: membangun pariwisata yang tidak hanya menjual tempat, tapi membangkitkan energi, karakter lokal, dan makna yang hidup.
Semangat ini mengemuka dalam forum pelatihan dan diskusi strategis yang digelar di Pendopo Desa Wisata Lopati, Kalurahan Trimurti, Srandakan, Bantul, pada 21 Juli 2025. Acara ini mempertemukan pelaku pariwisata, akademisi, dan komunitas kreatif dari berbagai daerah di DIY.
baca juga, Kilasinformasi: Yogyakarta Tuan Rumah Rakernas JKPI 2025: Dorong Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Menurut Ketua Bidang Objek Daya Tarik Wisata GIPI DIY, Agus Budi Rahman, Yogyakarta memiliki peluang besar untuk memimpin transformasi pariwisata nasional. “Kita punya kekuatan bukan hanya pada alam dan budaya, tapi juga energi spiritual dan narasi kehidupan masyarakat yang otentik,” ujarnya.
Lebih lanjut, Agus menekankan pentingnya strategi pengemasan destinasi berbasis pengalaman emosional. “Pariwisata hari ini harus bergerak dari sekadar atraksi ke pengalaman yang menggugah. Kita tidak sedang menjual tempat, tetapi mempertemukan manusia dengan dirinya sendiri melalui ruang dan cerita,” tambahnya.
Diskusi yang berlangsung tidak semata membahas promosi digital atau branding, tetapi menggali esensi sebuah destinasi: nilai-nilai budaya, keterlibatan emosional, dan potensi transformasi batin wisatawan.
Salah satu peserta menyampaikan pandangan menarik, “Wisata bukan sekadar datang dan melihat, tetapi mengalami dan memahami.” Pernyataan ini mencerminkan tren transformational tourism, yang kini banyak diminati wisatawan global: perjalanan yang membangun kesadaran dan memperluas makna hidup.
baca juga, kilasinformasi: Pekerja Migran Dilatih Jadi Duta Pariwisata Indonesia, Kemenpar-P2MI Teken MoU Strategis
Yogyakarta sendiri dinilai telah memiliki semua elemen untuk mewujudkan paradigma baru ini. Tradisi dan ritus lokal yang hidup, karakter masyarakat yang hangat, serta cerita desa yang menyentuh menjadikannya sebagai ruang belajar, pemulihan, dan perjumpaan batin.
Ke depan, forum ini diharapkan menjadi pijakan penting untuk menyusun strategi manajemen dan pemasaran destinasi yang lebih berdampak — bukan hanya bagi peningkatan kunjungan wisatawan, tetapi juga peningkatan nilai ekonomi, relasi sosial, dan keseimbangan ekologi.
Sebagaimana dikatakan Agus, pariwisata bukan sekadar soal “ke mana” seseorang pergi, tapi “untuk apa” ia melakukan perjalanan.


