Kilasinformasi.com, 23 Februari 2025 – Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), baru-baru ini menjalin kerja sama strategis dengan Northern Territory (NT) Australia. Fokus utama kerja sama ini adalah memperkuat rantai pasok mineral kritis yang diharapkan dapat memberikan dampak positif pada pembangunan ekonomi berkelanjutan kedua negara. Kerja sama ini juga bertujuan untuk meningkatkan posisi Indonesia dalam rantai pasok mineral global dan mendukung upaya diversifikasi pasokan mineral yang dilakukan oleh NT Australia.
Wakil Menteri Luar Negeri RI, Arie Havas Oegroseno, menekankan pentingnya diversifikasi kemitraan Indonesia tidak hanya dengan negara-negara besar, tetapi juga dengan negara bagian yang memiliki peran penting dalam industri mineral kritis. “Nota Kesepahaman ESDM dengan NT Australia ini bisa menjadi contoh bagi Pemerintah Indonesia dalam menggali peluang kerja sama dengan berbagai negara bagian penting di Australia yang memiliki kapasitas signifikan dalam industri mineral,” ujar Arie dalam keterangan resminya.
Baca Juga, Kilasinformasi : Dukung Swasembada Energi dan Pangan, Wamendes Ariza Patria Luncurkan Ekosistem Industri Biomassa di Banyumas
Kerja Sama yang Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, kerja sama ini selaras dengan kebijakan yang terdapat dalam Undang-Undang Mineral dan Batubara (UU Minerba) yang baru saja disahkan. “Kerja sama ini tidak hanya fokus pada pengembangan mineral dan batubara, tetapi juga pada keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial,” ujarnya saat acara Sosialisasi Nota Kesepahaman Rantai Pasok Mineral Kritis dan Strategis pada Selasa (18/2).
Dadan juga menambahkan bahwa salah satu tujuan utama dari kerja sama ini adalah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan melalui penelitian, inovasi, dan eksplorasi. “Upaya ini bertujuan untuk memperkuat keamanan cadangan mineral Indonesia, serta mendukung transformasi industri pertambangan menuju dekarbonisasi, termasuk penggunaan energi terbarukan dan penerapan teknologi canggih dalam operasi pertambangan,” jelas Dadan.
Dalam upaya mendukung pembangunan berkelanjutan, Indonesia juga berkomitmen untuk mengurangi dampak negatif industri pertambangan terhadap lingkungan. “Kami berfokus pada praktik yang melindungi keanekaragaman hayati dan memastikan keberlanjutan ekosistem alam, sehingga pembangunan yang dilakukan tetap bertanggung jawab,” kata Dadan.
Sementara itu, Menteri Perdagangan, Bisnis dan Hubungan Asia Northern Territory Australia, Hon Robyn Cahill, berharap kemitraan ini dapat segera dilaksanakan dengan melibatkan sektor industri dan pemerintah. “Wilayah kami terus berkembang, menemukan cadangan mineral baru, dan banyak perusahaan serta bisnis yang tertarik untuk berinvestasi di sektor mineral kritis. Kami berharap kerja sama ini memberikan manfaat yang lebih besar bagi kedua negara,” ujar Robyn.
Implementasi Kerja Sama: Roadshow dan Pengembangan Teknologi
Sebagai tindak lanjut dari Nota Kesepahaman yang telah ditandatangani pada 12 November 2024, Indonesia dan NT Australia akan melaksanakan Roadshow Mineral Indonesia-NT Australia pada April 2025. Kegiatan ini akan diisi dengan kunjungan perusahaan pertambangan Indonesia ke NT, Australia. Kunjungan tersebut akan dilanjutkan dengan kegiatan ke Sulawesi (Sorowako dan Morowali) atau Maluku (Teluk Weda) pada Mei 2025 untuk membahas pengembangan industri mineral di Indonesia.
Tak hanya itu, pada tahun 2025, kedua negara juga akan melaksanakan studi bersama dalam eksplorasi teknologi pengolahan dan pemurnian mineral untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan proses pertambangan. Selain itu, kerja sama ini juga mencakup pengembangan keahlian dan pelatihan melalui program pendidikan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam bidang pertambangan.
Baca Juga, Kilasinformasi : Menkomdigi Meutya Hafid Serukan Moderasi Digital Demi Masa Depan Generasi Muda
Kerja sama antara Indonesia dan Australia dalam sektor mineral kritis ini diharapkan dapat memperkuat industri pertambangan Indonesia di pasar global. Hal ini sejalan dengan tujuan Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah mineral dalam negeri melalui pengolahan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Sementara itu, diversifikasi pasokan mineral juga akan menguntungkan Northern Territory Australia, yang dapat meningkatkan perekonomian dan daya saingnya dalam sektor mineral di pasar internasional.
Dengan adanya kolaborasi antara pemerintah, sektor industri, dan para pemangku kepentingan lainnya, kerja sama ini diprediksi akan memperkuat posisi kedua negara di sektor mineral dan pertambangan secara global. Ke depannya, Indonesia dan Australia diharapkan dapat mengembangkan lebih banyak peluang kerjasama yang saling menguntungkan bagi kedua negara.
Sumber : Esdm