Kilasinformasi.com, Batang — Komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat kembali ditunjukkan oleh PT Bhimasena Power Indonesia (BPI). Dalam langkah nyata mendukung konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS), BPI meresmikan pemasangan paving blok berbahan FABA (Fly Ash dan Bottom Ash) di Desa Tombo, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang.
Sebanyak ±8.000 unit paving yang menutupi area seluas 175 meter persegi mulai dipasang di area wisata Sidawung Koffie, sebuah destinasi unggulan Desa Tombo yang menyajikan panorama hijau pegunungan dan cita rasa kopi lokal. Upaya ini merupakan bagian dari Gerakan Kolaborasi Desa Peduli DAS Lestari, program lintas sektor yang telah berjalan sejak 2023 bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah.

Bahan baku paving yang digunakan adalah FABA, sisa pembakaran batu bara dari PLTU yang dikategorikan sebagai limbah non-B3 (bukan bahan berbahaya dan beracun). Dalam beberapa tahun terakhir, FABA telah banyak dieksplorasi sebagai bahan konstruksi ramah lingkungan. Melalui kerja sama dengan Perumda Aneka Usaha, paving berbasis FABA ini telah melewati proses riset dan pengujian mutu, sehingga aman digunakan di lingkungan pemukiman maupun wisata.
CSR & Community Relation Manager BPI, Ahmad Lukman, menyampaikan bahwa pemanfaatan FABA ini tidak hanya untuk efisiensi limbah, tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi dan estetika. “Ini bukan sekadar proyek infrastruktur, tetapi bagian dari transformasi desa menuju ekowisata berkelanjutan,” ungkapnya.
Baca Juga, Kilasinformasi: Pengukuhan HIPPI DPC Sleman: Sinergi Pemerintah dan Pengusaha Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lokal
Gerakan DAS Lestari mencakup berbagai aspek pembangunan berbasis konservasi. Selain pembangunan infrastruktur ramah lingkungan, kegiatan ini juga mencakup penanaman pohon produktif (Multi Purpose Tree Species), pembibitan tanaman hutan, hingga penyuluhan masyarakat di bidang lingkungan dan kehutanan.
“Pemulihan hutan kritis melalui penanaman kembali bersama warga adalah langkah penting menjaga keseimbangan ekosistem,” tambah Lukman.
Ila Dhiama Warni, Kabid Tata Lingkungan DLH Batang, mengapresiasi penggunaan FABA sebagai green material yang sejalan dengan kebijakan daerah dalam mengendalikan kerusakan lingkungan. “Kami mendorong inisiatif seperti ini menjadi model bagi desa-desa lain,” ucapnya.
Senada, Gunawan dari Cabang Dinas Kehutanan IV Pekalongan menilai BPI telah konsisten dalam pelaksanaan program DAS Lestari. Menurutnya, inisiatif ini menjadi bukti nyata bahwa perusahaan mampu berkontribusi pada pelestarian lingkungan tanpa mengabaikan aspek kesejahteraan sosial.

Kepala Desa Tombo, Mustajab, menyambut baik peran aktif BPI dalam pembangunan desa. Ia berharap dengan dukungan infrastruktur ini, Desa Tombo bisa naik kelas menjadi desa wisata berbasis Eko-Agrowisata dan tercatat sebagai Kampung Proklim (Kampung Iklim). “Kami ingin menjadikan Desa Tombo sebagai contoh sinergi antara wisata, lingkungan, dan budaya lokal,” ujarnya.
Pemanfaatan limbah industri menjadi produk konstruksi seperti ini menjadi angin segar bagi dunia pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Inisiatif BPI ini menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tak harus selalu berupa bantuan finansial, tetapi juga dalam bentuk inovasi yang mampu memperkuat fondasi masyarakat dari aspek lingkungan, ekonomi, hingga identitas wisata. (AS Saeful Husna Kabiro Batang)


