Kilasinformasi.com, 16 Maret 2025, – Tubuh Kita Bisa Memperbaiki Diri Sendiri, Asalkan Diberi Waktu Di sebuah desa kecil di Okinawa, Jepang, seorang pria berusia 90 tahun masih bisa menari dengan lincah di pesta pernikahan cucunya. Kulitnya memang tak lagi sekencang saat muda, tapi semangatnya seolah tak kenal usia. Rahasianya? Sebagian besar orang tua di sana menjalani kebiasaan makan yang penuh disiplin: mereka berhenti makan sebelum kenyang dan sering melewatkan satu-dua kali makan.
Di belahan dunia lain, kita justru disuguhi pola hidup serbacepat: makan tak kenal waktu, camilan di setiap kesempatan, dan stres yang tak ada habisnya. Penuaan pun datang lebih cepat dari yang kita sadari. Namun, tahukah Anda bahwa tubuh sebenarnya punya mekanisme alami untuk memperlambat penuaan dan memperbaiki sel-selnya sendiri? Caranya: dengan memberi tubuh jeda sejenak dari tugas beratnya mencerna makanan. Itulah yang dilakukan puasa intermiten dan autophagy.
Baca Juga, Kilasinformasi : Rahasia Awet Muda dan Panjang Umur: Mengungkap Kekuatan Usus Sehat untuk Hidup Lebih Lama
Kenapa Kita Menua Lebih Cepat?
Penuaan bukan cuma soal kulit keriput atau rambut beruban. Di dalam tubuh, ada proses kompleks yang membuat sel-sel kehilangan kemampuannya untuk beregenerasi. Ada beberapa faktor yang mempercepat proses ini:
- Kebiasaan Makan Berlebihan – Bayangkan dapur yang selalu aktif, siang dan malam, tanpa jeda. Seperti itulah tubuh kita saat terus menerus makan. Akibatnya, tidak ada waktu bagi sel untuk membersihkan “sampah” di dalam tubuh.
- Radikal Bebas dan Inflamasi – Polusi, stres, dan makanan tinggi gula membuat sel tubuh lebih cepat rusak.
- Kurang Tidur dan Stres Kronis – Dua faktor ini adalah pemicu utama penuaan dini karena mengganggu hormon dan mempercepat kerusakan sel.
Apa solusinya? Berikan kesempatan bagi tubuh untuk membersihkan dirinya sendiri. Di sinilah puasa intermiten dan autophagy berperan.
Baca Juga, Kilasinformasi : Ramuan Herbal Panjang Umur yang Ternyata Terbukti Ilmiah: Dari Keraton hingga Laboratorium Modern!
Puasa Intermiten: Jeda Sejenak untuk Umur Panjang
Bayangkan seorang pekerja yang terus-menerus bekerja tanpa istirahat. Suatu hari, ia begitu lelah hingga mulai membuat kesalahan. Begitu pula tubuh kita. Jika terus menerus diberi makanan, ia tidak punya kesempatan untuk memperbaiki sel-sel yang rusak.
Puasa intermiten (intermittent fasting) adalah metode makan dengan memberi jeda pada tubuh. Paling populer adalah metode 16:8, yakni berpuasa selama 16 jam dan makan dalam jendela 8 jam. Sejumlah studi, termasuk yang diterbitkan di New England Journal of Medicine (de Cabo & Mattson, 2019), menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat:
- Mengurangi stres oksidatif, pemicu utama penuaan dini.
- Meningkatkan sensitivitas insulin, yang berperan dalam metabolisme tubuh.
- Memicu autophagy, proses alami tubuh untuk membersihkan sel rusak dan menggantikannya dengan yang baru.
Autophagy: Saat Tubuh Memakan Sel Rusaknya Sendiri
Jika puasa intermiten adalah pemicu, maka autophagy adalah hasil akhirnya. Dalam bahasa Yunani, autophagy berarti “memakan diri sendiri”—dan itu hal baik! Ketika tubuh tidak mendapatkan makanan dari luar, ia mulai memecah sel-sel tua dan menggantinya dengan yang baru.
Autophagy bukan sekadar teori. Yoshinori Ohsumi, seorang ilmuwan Jepang, memenangkan Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada 2016 berkat temuannya soal mekanisme ini. Dengan kata lain, tubuh memiliki sistem daur ulang alami—dan puasa adalah tombol pengaktifnya.
Tapi, Puasa Intermiten Bisa Berbahaya Jika Salah Menerapkannya
Seperti pedang bermata dua, puasa intermiten bisa membawa manfaat besar jika dilakukan dengan benar, tetapi juga bisa menimbulkan efek samping jika asal-asalan. Berikut beberapa risiko yang harus diwaspadai:
- Pusing dan Lemas – Jika tubuh belum terbiasa, bisa muncul rasa lemah, terutama di awal percobaan.
- Gangguan Pencernaan – Beberapa orang mengalami sembelit atau perut kembung karena perubahan pola makan.
- Makan Berlebihan Saat Berbuka – Ada yang justru ‘balas dendam’ saat berbuka, sehingga manfaat puasa jadi hilang.
- Gangguan Hormonal pada Wanita – Jika terlalu ketat, puasa bisa mengganggu keseimbangan hormon.
Siapa yang Bisa dan Tidak Bisa Melakukan Puasa Intermiten?
✅ Cocok untuk:
- Orang sehat yang ingin memperbaiki metabolisme dan memperlambat penuaan.
- Mereka yang ingin mengontrol gula darah dan mengurangi inflamasi.
- Individu yang ingin meningkatkan fokus dan energi.
❌ Sebaiknya dihindari oleh:
- Wanita hamil dan menyusui.
- Penderita diabetes atau gangguan gula darah tanpa pengawasan dokter.
- Orang dengan riwayat gangguan makan.
- Individu dengan masalah hormonal yang serius.
Bagaimana Memulai Puasa Intermiten dengan Aman?
Tidak perlu terburu-buru. Ini beberapa tips bagi pemula:
- Mulai dengan Metode 12:12 – Puasa 12 jam dan makan dalam 12 jam. Misalnya, sarapan jam 8 pagi dan makan malam jam 8 malam.
- Beralih ke 16:8 Secara Bertahap – Jika tubuh sudah terbiasa, kurangi jendela makan menjadi 8 jam.
- Tetap Terhidrasi – Minum air putih atau teh herbal selama berpuasa.
- Perhatikan Kualitas Makanan – Saat berbuka, pilih protein, lemak sehat, dan serat
Baca Juga, Kilasinformasi : Gaya Hidup Sehat untuk Cegah Penuaan Dini: Puasa Intermiten dan Autophagy Sebagai Solusi Alami
Kesimpulan: Istirahatkan Tubuh, Panjangkan Umur
Puasa intermiten dan autophagy bukan sekadar tren. Ini adalah bagian dari cara tubuh menjaga dirinya sendiri sejak zaman nenek moyang kita. Dengan memberi waktu istirahat bagi tubuh, kita bukan hanya memperlambat penuaan, tetapi juga memberi kesempatan bagi sel-sel untuk beregenerasi dengan lebih baik.
Penasaran dengan manfaat lain dari puasa intermiten? Di artikel selanjutnya, kita akan membahas bagaimana puasa bisa meningkatkan kesehatan otak dan mencegah penyakit degeneratif!
Stay tuned dan selamat memulai perjalanan hidup sehat Anda!
Penulis : Apt. Ike Ari Priyanti S.Si, M.M, M.Farm. Ahli Kesehatan dan Farmasi