Kilasinformasi.com, Jakarta, – Ketika kita berbicara tentang sains dan teknologi, bayangan yang muncul sering kali tertuju pada Barat. Namun sejarah membuktikan bahwa dunia Islam pernah menjadi poros utama kemajuan ilmu pengetahuan, bahkan jauh sebelum Eropa memasuki era pencerahan. Lebih dari sekadar meniru, Islam meletakkan fondasi filosofis dan etis bagi pengembangan sains yang berpihak pada kemaslahatan umat.
Sains Perspektif Islam
Dalam tradisi Islam, ilmu tidak dipandang semata sebagai alat untuk menjelaskan fenomena alam, melainkan juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Al-Qur’an secara eksplisit mengajak manusia untuk berpikir, meneliti, dan merenungi ciptaan-Nya. Kata ‘ilm (ilmu) sendiri disebut lebih dari 800 kali, menandakan betapa pentingnya posisi ilmu dalam ajaran Islam.
Etika Islam seperti kejujuran (ṣidq), amanah, dan tanggung jawab sosial, menjadi pijakan moral dalam berilmu. Dengan demikian, sains dalam Islam tidak boleh terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan. Ini menjawab tantangan zaman modern, di mana kemajuan teknologi sering kali abai terhadap dimensi etis.
Baca Juga, Kilasinformasi: Mahasiswa UIN Jakarta Terbitkan Tiga Buku dan Puluhan Artikel Jurnal
Masa Keemasan Sains Islam dan Sumbangsihnya
Awal kejayaan sains Islam tercatat sejak era Dinasti Abbasiyah, terutama di bawah kepemimpinan Khalifah Harun al-Rasyid dan al-Makmun. Lahirnya Bayt al-Hikmah di Baghdad menjadi simbol semangat ilmiah umat Islam saat itu. Tokoh-tokoh besar seperti Al-Khawarizmi (bapak aljabar), Ibnu Sina (kedokteran), Al-Haytham (optika), dan Al-Biruni (astronomi), tidak hanya menerjemahkan ilmu dari Yunani dan India, tapi juga mengembangkannya melalui pendekatan eksperimental dan rasional.
Pengaruh mereka sangat besar hingga ke Barat. Bahkan, sistem algoritma yang dikembangkan Al-Khawarizmi menjadi dasar teknologi komputer modern. Konsep observasi dan eksperimentasi yang hari ini menjadi standar dalam metode ilmiah pun pertama kali dirumuskan oleh ilmuwan Muslim
Inspirasi Teknologi Modern
Benar, Islam menginspirasi teknologi modern. Algoritma yang menjadi dasar teknologi komputer modern berasal dari Al-Khawarizmi. Optik modern sangat dipengaruhi karya Ibnu al-Haytham. Bahkan metode ilmiah berbasis observasi dan eksperimen—ciri khas sains modern—dikembangkan dalam tradisi ilmiah Islam sejak abad ke-10.
Selain itu, banyak istilah teknis dalam sains berasal dari bahasa Arab: aljabar, alkohol, alkali, nadir, zenith, dan sebagainya.
Sains Islam Modern
Memasuki abad ke-21, sejumlah negara Muslim mulai menunjukkan kemajuan dalam sains dan teknologi modern. Iran unggul di bidang nuklir dan bioteknologi. Turki berinovasi dalam teknologi pertahanan dan energi. Malaysia menginisiasi integrasi sains dan Islam melalui lembaga seperti IIUM dan ISTAC. Indonesia, lewat UIN dan pesantren, mengembangkan model pendidikan sains berbasis nilai Islam.
Ragam inovasi terkini mencakup teknologi keuangan syariah digital (blockchain halal, wakaf digital), biomedis dan etika Islam (vaksin halal, farmasi syariah), hingga dakwah digital berbasis podcast dan e-learning.
Peran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di Indonesia, salah satu institusi penting yang berperan dalam pengembangan sains dan teknologi modern berbasis nilai Islam adalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui Fakultas Sains dan Teknologi (FST), UIN telah menjadi pelopor integrasi antara ilmu keislaman dan ilmu sains-teknologi.
FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyediakan tenaga riset dan rekayasa teknologi yang dibekali landasan etika dan spiritual Islam; Mengembangkan riset multidisipliner unggulan di bidang Smart Urban Farming, Halal and Food, renewable Energy, dan Islamic Transformation Digital informatika yang memanfaatkan pengembangan AI (Artificial Intelligence) seperti menciptakan Green AI Computing dan mengembangkan penelusuran informasi Islam (Islamicpedia).
Baca Juga, Kilasinformasi: UIN Jakarta Siap Membuka Tiga Program Doktor Baru untuk Pengembangan Riset dan Akademik
Dalam bidang AI, FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi bagian penting dalam ekosistem Artificial Intelligence Literacy and Innovation Institute (ALII) yang mendorong literasi dan inovasi AI di kalangan akademisi PTKIN–kendati sampai saat ini masih dalam fase penataan.
Akan tetapi, upaya ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi Islam bukan sekadar penjaga warisan keilmuan klasik, tetapi juga aktor penting dalam membentuk masa depan berbasis teknologi dan spiritualitas.
Teknologi Islam Monumental
Dari sekian banyak inovasi, berikut lima teknologi paling monumental, yaitu Smart Hajj dan Umrah, Fintech Syariah, Bioetika Medis Islami, Observatorium Penentu Ibadah; serta Dakwah/Pendidikan Islam Digital.
Teknologi-teknologi ini tidak hanya berdampak besar pada umat Islam, tetapi juga menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam bisa selaras dengan inovasi.
Penutup: Ilmu sebagai Jembatan Spiritual dan Peradaban
Sains, teknologi, dan Islam sejatinya bukan jalan yang bertolak belakang. Ketiganya justru saling melengkapi ketika dibangun di atas fondasi tauhid, etika, dan cinta kemanusiaan. Membangun masa depan sains Islam bukan hanya tugas ilmuwan, tetapi juga misi bersama seluruh umat.
Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11:
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Artikel Ini disadur sebagian dari Artikel: “Islam, Sains, dan Teknologi Warisan Jalan Menuju Masa depan” Karya Penulis : Khodijah Hulliyah, Ph.D. (Direktur Artificial Intelligence Literacy and Innovation Institute (ALII) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) yang diterbitkan pada Situs Kemenag.go.id