Bandar Lampung, 10 November 2025, Kilas Informasi – Kementerian Agama (Kemenag) bersama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) terus memperkuat kolaborasi dalam mengembangkan program BAZNAS Microfinance Masjid (BMM) – Masjid Berdaya Berdampak (MADADA). Tujuannya, mendorong masjid menjadi pusat pemberdayaan sosial ekonomi umat berbasis jamaah di seluruh provinsi Indonesia.
Deputi II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS RI, M. Imdadun Rahmat, menyebut kerja sama ini sebagai langkah strategis untuk memperkuat kemandirian ekonomi umat.
“Masjid bukan hanya tempat ibadah, tapi juga institusi sosial yang bisa menjadi pusat pembangunan masyarakat,” ujarnya dalam kegiatan Bimbingan Teknis BMM–MADADA di Bandar Lampung, Senin (10/11/2025) malam.
Menurut Imdadun, sejarah Islam menunjukkan masjid memiliki fungsi multidimensi sejak masa Rasulullah SAW — dari pusat ibadah, dakwah, hingga administrasi dan ekonomi umat. “Rasulullah menjadikan Masjid Nabawi sebagai pusat aktivitas umat dan negara. Semangat itu yang ingin kita hidupkan kembali,” jelasnya.
Sejak diluncurkan pada 2022, program BMM telah berjalan di 172 masjid di berbagai daerah, dengan setiap masjid menerima dana awal sebesar Rp150 juta. Dana ini disalurkan kepada sekitar 50 penerima manfaat, terutama pedagang kecil dan pelaku usaha mikro, melalui pinjaman tanpa bunga rata-rata Rp3 juta per orang.
“Melalui BMM, kami ingin membantu masyarakat keluar dari jerat pinjaman berbunga tinggi dan menciptakan ekosistem ekonomi syariah berbasis masjid,” tambahnya.
Imdadun menilai hasil evaluasi menunjukkan antusiasme masyarakat tinggi terhadap skema microfinance syariah ini. Kesadaran takmir untuk memanfaatkan dana zakat dan infak bagi pemberdayaan jamaah juga semakin tumbuh.
“Kemenag hadir untuk memastikan masjid-masjid ini dikelola secara profesional, transparan, dan membawa manfaat nyata,” ujarnya.
Sementara itu, Kasubdit Kemasjidan Ditjen Bimas Islam Kemenag, Nurul Badruttamam, menjelaskan bahwa program MADADA merupakan bagian dari strategi nasional dalam memperkuat ekosistem kemasjidan yang berdaya dan berdampak.
“Kita ingin masjid bukan hanya ramai dengan kegiatan ibadah, tapi juga menjadi ruang berdaya tempat jamaah menemukan solusi ekonomi, sosial, dan spiritualnya,” kata Nurul.
Bimtek di Bandar Lampung ini diikuti pengelola masjid dari Provinsi Lampung dan Sumatra Selatan sebagai proyek percontohan. Selama tiga hari, peserta mendapat pelatihan manajemen kelembagaan, tata kelola dana umat, dan model pembiayaan mikro berbasis syariah.
Nurul menambahkan, Kemenag menempatkan pemberdayaan rumah ibadah sebagai program prioritas nasional. Masjid diarahkan menjadi lembaga yang inklusif, ramah generasi muda, dan terbuka terhadap inovasi.
“Jika pengurusnya lintas generasi, gerak dan inovasinya akan lebih cepat. Itulah yang disebut masjid berdaya dan berdampak,” ujarnya.
Selain pemberdayaan ekonomi, Kemenag juga mendorong modernisasi sistem kemasjidan, termasuk integrasi aspek keamanan, lingkungan, dan kebencanaan. Kemenag bahkan bekerja sama dengan BNPB untuk memetakan rumah ibadah di wilayah rawan bencana.
“Masjid harus aman, ramah musafir, dan tangguh menghadapi bencana. Inilah visi kita menjadikan masjid sebagai pusat ketahanan umat,” tegas Nurul.
Ke depan, Kemenag dan BAZNAS akan memperluas kemitraan ini ke seluruh provinsi melalui pendekatan berbasis data dan pendampingan berkelanjutan.
“Harapan kami, setiap masjid menjadi laboratorium kebajikan dan kemandirian. Dari masjidlah kesejahteraan dan kemajuan umat tumbuh,” pungkasnya.
Sumber : Kemenag


