Kilasinformasi, 17 Februari 2025 – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) semakin serius dalam mengembangkan potensi bio farmakologi laut sebagai bahan dasar industri kesehatan, kosmetik, dan pangan fungsional. Hal ini bertujuan untuk mendukung ketahanan farmasi nasional sekaligus memberdayakan masyarakat pesisir dalam rantai pasok obat bahan alam (OBA). Indonesia dengan kekayaan sumber daya hayati perairannya memiliki potensi besar untuk mengembangkan bio farmakologi, yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai sektor industri.
Potensi Sumber Daya Laut Indonesia untuk Bio Farmakologi
Menurut Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (PKRL) KKP, Victor Gustaaf Manoppo, sumber daya hayati perairan Indonesia sangat kaya dan memiliki banyak potensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku bio farmakologi. Beberapa komoditas unggulan bio farmakologi yang dapat dikembangkan antara lain spirulina, minyak ikan, albumin, squalene, dan ekstrak teripang.
Baca Juga : KKP Peringatkan Ancaman Kematian Ikan Massal di Waduk Jatiluhur, Masyarakat Diminta Waspada
“Pemanfaatan sumber daya ini harus dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan keseimbangan ekosistem laut, sehingga dapat mendukung industri tanpa merusak lingkungan,” jelas Victor. Spirulina, sebagai contoh, menjadi salah satu komoditas unggulan karena kandungan fikosianinnya yang tinggi, yang bermanfaat sebagai pewarna alami, antioksidan, dan antiinflamasi.
Peran UMKM dalam Rantai Pasok Bio Farmakologi
Selain itu, KKP juga menggandeng Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam upaya meningkatkan kapasitas bio farmakologi di Indonesia. Program kemitraan dengan UMKM yang bekerja di sektor bio farmakologi diharapkan dapat meningkatkan kapasitas mereka untuk memenuhi standar industri besar. Melalui skema ‘Orang Tua Angkat OBA dan Kosmetik,’ UMKM yang memenuhi standar akan mendapatkan pendampingan serta akses pasar yang lebih luas, mempercepat keberlanjutan usaha mereka.
Direktur Jasa Kelautan KKP, Miftahul Huda, menekankan bahwa pengembangan spirulina dan fikosianin memiliki nilai strategis bagi industri farmasi dan kosmetik. Bahkan, UMKM dapat mengambil peran penting dalam mendukung rantai pasok produk bio farmakologi ini. Spirulina yang ditanam secara ramah lingkungan, dengan produktivitas tinggi dan dampak ekologis minimal, menjadi alternatif yang menjanjikan dibandingkan komoditas lain, seperti kelapa sawit, untuk produksi biofuel.
Pangan Fungsional Berbasis Spirulina: Menjawab Tantangan Gizi Nasional
Selain untuk industri farmasi dan kosmetik, spirulina juga digunakan untuk mengembangkan produk pangan fungsional yang bernutrisi tinggi. KKP tengah mengembangkan produk turunannya, seperti Pycomilk (susu fortifikasi fikosianin) dan AstroMie (mi instan berbasis fikosianin). Produk-produk ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk peningkatan gizi masyarakat, khususnya di daerah-daerah yang rawan pangan.
Miftahul Huda juga menyatakan, “Produk pangan fungsional yang berbasis spirulina ini memiliki potensi besar untuk membantu masyarakat dengan masalah gizi, terutama di daerah terpencil dan daerah yang terdampak kekurangan pangan.”
Regulasi dan Kolaborasi untuk Memperkuat Ekosistem Biofarmakologi Nasional
KKP terus memperkuat ekosistem biofarmakologi nasional melalui berbagai kebijakan, pendampingan usaha, serta kolaborasi antara sektor akademik, industri, dan pemerintah. Langkah ini sejalan dengan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, yang berfokus pada pemanfaatan potensi sumber daya kelautan Indonesia untuk mendukung kemandirian farmasi.
Baca Juga : KKP Dukung Nelayan Tangerang dengan Program Pemberdayaan untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kesejahteraan
Sebagai bagian dari upaya percepatan, KKP juga telah melaksanakan berbagai kegiatan pengembangan kapasitas bio farmakologi, seperti program Pengembangan Mikroalga Spirulina untuk Menunjang Ketahanan Obat Bahan Alam dan Kosmetik yang dilaksanakan di Klaten, Jawa Tengah. Program ini melibatkan berbagai pihak, termasuk akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat lokal.
Mendukung Ketahanan Kefarmasian dan Ekonomi Kreatif Nasional
KKP berkomitmen untuk mendukung ketahanan kefarmasian Indonesia dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya kelautan secara berkelanjutan. Selain itu, upaya ini juga membuka peluang bagi UMKM di sektor bio farmakologi untuk berkembang dan berkontribusi dalam memperkuat industri kesehatan dan kosmetik nasional.
Dengan mengedepankan pemanfaatan bio farmakologi laut, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan ketahanan obat bahan alam tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Langkah-langkah strategis ini diharapkan dapat mempercepat pembangunan industri berbasis sumber daya kelautan yang dapat bersaing di pasar global.
sumber : KKP RI