Kilas, 11 Februari 2025 – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah bergerak cepat untuk mengatasi fenomena kematian ikan massal yang terjadi di Waduk Jatiluhur, Purwakarta. Fenomena ini adalah bagian dari dampak cuaca ekstrim yang kerap terjadi setiap tahun dan menyebabkan penurunan kualitas air, khususnya kekurangan oksigen, yang berujung pada kematian massal ikan budidaya.
Peristiwa kematian ikan ini semakin diperburuk oleh fenomena upwelling, yang mengurangi pasokan oksigen terlarut di perairan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengingatkan kepada masyarakat pembudidaya ikan untuk tidak menunda-nunda panen dan selalu memperhatikan tanda-tanda awal penurunan kualitas air.
Penyebab Kematian Massal Ikan di Waduk Jatiluhur
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb Haeru Rahayu (Tebe), menjelaskan bahwa kematian massal ikan di Waduk Jatiluhur merupakan fenomena alam tahunan yang dipicu oleh cuaca ekstrim, yang menurunkan kualitas air dan mengurangi pasokan oksigen dalam jumlah signifikan. “Fenomena ini seharusnya tidak terjadi lagi, karena KKP setiap tahun selalu memberikan imbauan kepada daerah yang memiliki perairan umum mengenai pencegahan kematian massal ikan,” kata Tebe.
Selain masalah upwelling, masalah lain yang turut memperburuk situasi adalah penggunaan Keramba Jaring Apung (KJA) yang melebihi kapasitas daya dukung perairan. KKP sebelumnya telah mengingatkan agar jumlah KJA sesuai dengan standar dan kapasitas yang telah ditentukan melalui zonasi yang berlaku.
“Penggunaan KJA yang tidak sesuai dengan kapasitas daya dukung perairan merupakan salah satu penyebab utama kematian massal ikan di Waduk Jatiluhur. Kami juga sudah rutin mengingatkan tentang pentingnya periode budidaya yang tepat dan penggunaan KJA yang sesuai,” ujar Tebe.
Upaya KKP dalam Mengatasi Kematian Ikan Massal
KKP telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan mengendalikan dampak dari kematian massal ikan. Salah satunya adalah melalui pendampingan oleh penyuluh-penyuluh KKP yang memberikan edukasi kepada masyarakat pembudidaya.
Ujang Komarudin, Direktur Ikan Air Tawar KKP, menjelaskan bahwa meskipun banyak pembudidaya yang sudah mengetahui tentang ancaman cuaca ekstrim dan upwelling, masih banyak yang tetap menunda panen ikan agar dapat memperoleh ukuran yang lebih besar. “Meskipun sudah ada peringatan, banyak pembudidaya yang tetap menahan panen ikan, seperti ikan mas, yang sangat bergantung pada kestabilan oksigen dalam air,” jelas Ujang.
Dia mengimbau agar pembudidaya segera melakukan panen total atau panen awal untuk menghindari kerugian lebih besar akibat kematian massal ikan. “KKP juga merekomendasikan untuk sementara waktu tidak melakukan aktivitas budidaya di Waduk Jatiluhur hingga kondisi cuaca kembali normal,” tambahnya.
Kerugian Akibat Kematian Ikan Massal
Total kerugian yang ditimbulkan dari kejadian kematian massal ikan di Waduk Jatiluhur diperkirakan mencapai sekitar 100 ton ikan dengan nilai sekitar Rp 2,2 milyar. Mayoritas ikan yang mati adalah ikan mas, yang dikenal sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air. Kejadian ini terutama terjadi di dua lokasi, yakni Kampung Pasir Kole, Desa Kutamanah, Kecamatan Sukasari dan Kampung Citerbang, Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani.
KKP Fokus Kembangkan Desa Wisata Bahari untuk Tingkatkan Ekonomi Pesisir
Tebe juga menegaskan pentingnya menjaga kebersihan perairan dan mengangkat ikan mati untuk mencegah pencemaran lebih lanjut. “Segera angkat ikan yang sudah mati dari perairan dan langsung kubur untuk mencegah kontaminasi yang lebih luas,” ujarnya.
Langkah Keberlanjutan dalam Budidaya Ikan
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, mengingatkan kepada seluruh pembudidaya ikan untuk selalu mengedepankan prinsip keberlanjutan dalam setiap kegiatan budidaya. Keberlanjutan ekologi harus dijaga agar tidak hanya menguntungkan di jangka pendek, tetapi juga mendukung keberlanjutan ekosistem perairan dalam jangka panjang.
“Keberlanjutan dalam budidaya ikan sangat penting, baik dari segi lingkungan maupun ekonomi. Kami berharap para pembudidaya dapat mengikuti pedoman yang sudah ditetapkan agar budidaya ikan yang dilakukan ramah lingkungan dan tidak merugikan di masa depan,” kata Trenggono.
Tag: Kematian Ikan Massal, Waduk Jatiluhur, KKP, Cuaca Ekstrim, Upwelling, Keramba Jaring Apung, Panen Awal, Keberlanjutan Budidaya, Ikan Mas, Budidaya Ikan, Perikanan Indonesia.
sumber : KKP.id