Kilasinformasi.com, Ungaran – Kabupaten Semarang tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga kekayaan warisan religi yang sarat nilai spiritual dan sejarah. Salah satu destinasi yang tak pernah sepi dari kunjungan peziarah adalah Wisata Religi Nyatnyono, sebuah kawasan ziarah yang menyimpan ketenangan batin dan napak tilas dakwah Islam di tanah Jawa.
Terletak di Desa Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat, kawasan ini menjadi rumah bagi makam dua tokoh penting dalam sejarah penyebaran Islam: Syeh Hasan Munadi dan putranya, Syeh Hasan Dipuro. Kedua tokoh ini dipercaya sebagai penyebar Islam dari era Kerajaan Mataram pada abad ke-15, yang sezaman dengan tokoh-tokoh besar seperti Raden Patah dan Sunan Kalijaga dari Kesultanan Demak.
Baca Juga, Kilasinformasi: Pantai Glagah Wangi Istambul: Surga Tersembunyi di Demak
Letaknya yang berada di lereng Gunung Ungaran membuat suasana ziarah terasa lebih khusyuk dan damai. Udaranya sejuk, panorama alamnya hijau, dan ketenangan yang memancar dari lokasi ini menjadi magnet tersendiri bagi para peziarah dari dalam maupun luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.
Meski berada di perbukitan, akses menuju kawasan makam cukup mudah. Para peziarah bisa berjalan kaki melewati jalan setapak yang dikelilingi pepohonan atau membawa kendaraan hingga area parkir yang telah disediakan. Lokasi ini akan semakin ramai dikunjungi saat malam Jumat dan malam 21 Ramadan (malam selikuran), yang diyakini sebagai waktu istimewa untuk berziarah.
Kedua makam terletak dalam bangunan cungkup yang terbuat dari kayu jati asli dan telah berusia ratusan tahun. Meski usia bangunannya tua, perawatannya masih dijaga dengan baik oleh masyarakat setempat. Cungkup tersebut menjadi saksi bisu peradaban Islam yang berkembang harmonis dengan budaya lokal.
Tidak jauh dari makam, berdiri kokoh Masjid Subulussalam, yang konon dibangun oleh Syeh Hasan Munadi. Meski telah mengalami renovasi sejak 1985, masjid ini masih mempertahankan empat saka guru asli dan mimbar dengan ukiran khas Majapahit. Uniknya, salah satu saka guru diambil dari bahan yang semula akan digunakan untuk pembangunan Masjid Agung Demak, sebagai simbol spiritual dan hubungan historis antar wilayah dakwah.
Baca Juga, Kilasinformasi: Tempursari, Lumajang: “Amazon dari Timur Jawa”
Keistimewaan Nyatnyono tidak berhenti di situ. Terdapat pula Sendang Kalimat Tayyibah, sumber air yang diyakini membawa keberkahan dan karomah. Sendang ini ditemukan pada 1985 dan kini digunakan oleh peziarah untuk bersuci sebelum melakukan doa di makam. Airnya dialirkan melalui pipa ke tempat khusus, dan menjadi bagian penting dari pengalaman spiritual yang menyentuh hati.
Lebih dari sekadar destinasi wisata, Nyatnyono adalah ruang kontemplatif yang menghubungkan masa lalu dan masa kini dalam harmoni. Kawasan ini mengajarkan bahwa ziarah bukan sekadar rutinitas, tapi juga bagian dari penghormatan terhadap nilai-nilai dakwah Islam yang damai dan inklusif.
Dengan menyuguhkan keindahan alam, situs bersejarah, dan atmosfer religius, Wisata Religi Nyatnyono menjadi pilihan tepat bagi siapa pun yang ingin memperkaya jiwa sekaligus menyelami akar sejarah peradaban Islam di Jawa.