Kilasinformasi, 15 April 2025, – Gerakan Kebangsaan Indonesia Terang (GKIT) tengah mempersiapkan momen penting: peluncuran resminya yang akan digelar pada 19 April 2025. Namun, jauh sebelum acara digelar, tim pimpinan GKIT telah lebih dulu bergerak aktif menyapa berbagai pemangku kepentingan, tokoh masyarakat, hingga pejabat daerah. Misinya: menyampaikan visi dan program kebangsaan sebagai bentuk kontribusi nyata untuk Indonesia yang lebih maju.

Bupati Sleman Harda Kiswaya. Foto: Dok GKIT
Rangkaian safari kebangsaan ini dimulai dengan kunjungan tim GKIT yang terdiri dari Pdt. Arief Arianto (Ketua), Surya Wijaya (Wakil Ketua), Dr. Haryadi Baskoro (Sekretaris), dan Jozep Edyanto (Bendahara) ke Pendopo Parasamya, tempat mereka diterima langsung oleh Bupati Sleman, Harda Kiswaya, pada Senin (14/4).
Baca Juga, Kilasinformasi: Dr. Haryadi Baskoro Sebarkan Keistimewaan Yogyakarta ke Dunia Melalui Diplomasi Budaya
Dalam pertemuan itu, GKIT menyampaikan salah satu program unggulannya: pembangunan perpustakaan digital di Sleman. Program ini digadang-gadang sebagai kontribusi konkret GKIT dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan literasi masyarakat.

Sekda Provinsi DIY Drs. Beny Suharsono, M.Si. foto: Dok GKIT
Tak berhenti di situ, esok harinya (15/4), tim GKIT melanjutkan silaturahmi ke Kantor Gubernur DIY. Di sana, mereka bertemu Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono, dan sejumlah kepala OPD strategis, termasuk Kepala DPMPTSP Agus Priyono, Kepala Bapperida Ni Made Dwipanti Indrayanti, serta Kepala Biro Perekonomian dan SDA Eling Priswanto. Dalam forum ini, GKIT memaparkan potensi kerja sama pembangunan dan peluang investasi yang dapat memperkuat struktur sosial-ekonomi daerah.
Baca Juga, Kilasinformasi: Sosialisasi Buku Kuliah Keistimewaan Yogya di Kulon Progo
Langkah GKIT untuk membangun jejaring kolaboratif juga menyasar institusi pertahanan. Tim GKIT diterima di Markas Korem 072 Pamungkas oleh Danrem Brigjen TNI Bambang Sujarwo. Di hadapan pimpinan militer tersebut, Sekretaris GKIT Dr. Haryadi Baskoro menegaskan bahwa semangat gerakan ini bersumber dari api perjuangan bangsa. Ia mengutip pidato Presiden Soekarno pada HUT Proklamasi RI tahun 1946: “Gelap, gelap dunia di sekeliling kita, akan tetapi di dalam bathin kita terang benderang, menyala-nyala api kemerdekaan dan api kebangsaan.”

Danrem 072 Pamungkas Brigjen TNI Bambang Sujarwo. Foto: Dok GKIT
Salah satu langkah penting lainnya adalah membangun koneksi akar rumput dengan tokoh masyarakat. Dalam forum kebangsaan yang digelar di Kedai Satuati, Sleman, GKIT mengumpulkan figur-figur inspiratif, seperti pembatik Lek Iwon, Suharmanto dari Yayasan Kiwari yang membina Pondok Pesantren Lansia Marifatullah, hingga pengacara sekaligus tokoh budaya Pulung Wahyu Pinto.
Dalam forum ini, diskusi berkembang menjadi ruang berbagi pengalaman dan harapan tentang peran masyarakat sipil dalam pembangunan bangsa. Pulung Wahyu Pinto menegaskan bahwa Indonesia tidak kekurangan tokoh-tokoh yang punya semangat kebangsaan tinggi—yang dibutuhkan adalah ruang dan dukungan agar semangat itu dapat terwujud dalam tindakan nyata.

di Kedai Satuati, Sleman DIY. Foto: Dok GKIT
“Indonesia Terang harus hadir bukan hanya sebagai narasi, tapi sebagai gerakan nyata yang membawa manfaat,” ujar Pulung.
Dengan pendekatan kolaboratif dan inklusif, GKIT membuktikan bahwa perjuangan membangun bangsa tidak harus dilakukan dari pusat, tapi bisa dimulai dari ruang-ruang dialog di daerah. Peluncuran GKIT pada 19 April mendatang bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang menyalakan kembali semangat kebangsaan yang terang dan berdampak. (HMT)