Kilasinformasi.com, Jakarta — Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, memulai lawatan diplomatiknya ke Amerika Serikat pada Rabu (14/5/2025) dengan membawa empat agenda strategis yang mencerminkan wajah Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar yang menjunjung tinggi toleransi, inklusivitas, dan kolaborasi lintas negara.
Didampingi oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Kamaruddin Amin, Menag bertolak dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan misi besar: mempererat hubungan bilateral, membangun jejaring internasional, dan memperkuat peran Indonesia dalam percakapan global mengenai keberagaman, produk halal, hingga urusan diaspora.
Baca Juga, Kilasinformasi: Paus Leo XIV Terpilih, Menag Nasaruddin: Simbol Harapan Damai dan Lintas Iman Dunia
Agenda pertama dari kunjungan ini adalah menerima gelar kehormatan Honoris Causa dari Harford, sebuah lembaga akademik di negara bagian Connecticut. Penghargaan ini merupakan bentuk pengakuan atas kontribusi Nasaruddin Umar dalam mempromosikan harmoni antarumat beragama, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ini bukan sekadar simbol, tapi juga refleksi bahwa pendekatan Indonesia dalam membangun kerukunan mendapat tempat di dunia akademik internasional.
Agenda kedua adalah undangan dari United States Department of State. Pemerintah AS tertarik mendalami strategi Indonesia dalam merawat keberagaman agama dan etnis, serta mempertahankan stabilitas sosial. Dalam forum ini, Menag akan memaparkan bagaimana negara dengan lebih dari 17.000 pulau dan ratusan kelompok etnis ini mampu menjaga kohesi sosial melalui pendekatan budaya, agama, dan kebijakan inklusif.
Kehadiran Menag dalam forum ini menandai pentingnya “diplomasi toleransi” sebagai kekuatan lunak Indonesia di panggung global. Di saat banyak negara menghadapi ketegangan identitas, pendekatan moderat Indonesia justru menjadi rujukan.
Tak kalah penting, agenda ketiga Menag adalah menjajaki kerja sama di sektor halal dan ekonomi syariah. Pertemuan akan digelar dengan salah satu lembaga yang fokus pada hubungan bilateral di bidang ini. Langkah ini sejalan dengan arah pemerintah Indonesia dalam menjadikan Indonesia sebagai pusat produsen halal dunia, bukan hanya pasar.
Baca Juga, Kilasinformasi: Menag Nasaruddin Umar: Masjid Harus Jadi Sumber Manfaat Bagi Umat
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat global terhadap produk halal, peluang Indonesia terbuka lebar untuk mengekspor barang dan jasa halal, dari makanan, kosmetik, hingga keuangan syariah. Pertemuan ini diharapkan memperkuat jejaring dan membuka jalan untuk kerja sama konkret antara pelaku industri halal di kedua negara.
Agenda terakhir yang tak kalah penting adalah pembinaan komunitas Warga Negara Indonesia (WNI) di Amerika, khususnya terkait pencatatan perkawinan. Menag menyoroti pentingnya legalitas perkawinan bagi WNI di luar negeri, sebagaimana diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1974.
Meskipun telah dilakukan koordinasi sebelumnya dengan KBRI, Menag menilai perlu adanya pembaruan dan penguatan informasi kepada diaspora, agar administrasi pernikahan tetap sesuai dengan aturan negara asal. Hal ini penting tak hanya untuk legalitas, tetapi juga perlindungan hak-hak hukum warga negara.
Baca Juga, Kilasinformasi: Kemenag Targetkan Pencairan Dana BOS dan PIP Santri Sebelum Lebaran 2025
Kunjungan ini menunjukkan bahwa peran Menteri Agama tak sekadar mengurusi urusan keagamaan dalam negeri, tetapi juga sebagai duta toleransi dan kerja sama internasional. Di era globalisasi yang kerap diwarnai polarisasi, narasi moderasi beragama dari Indonesia adalah aset diplomasi yang bernilai tinggi.
Dengan menjadikan toleransi sebagai wajah Indonesia, Menag tidak hanya membangun reputasi pribadi, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai rujukan dunia dalam mengelola keberagaman.


