Kilasinformasi.com, Lumajang, Jawa Timur – Di balik lereng perbukitan selatan Lumajang, terdapat sebuah keajaiban alam yang belum banyak dikenal publik: Tempursari, kawasan ekowisata yang begitu asri hingga dijuluki “Amazon dari Timur Jawa”. Keindahannya tak hanya memanjakan mata, tetapi juga menyentuh batin mereka yang merindukan kedamaian sejati.
Bukan sekadar destinasi wisata biasa, Tempursari menawarkan pengalaman menyeluruh dalam pelukan alam. Sungai-sungainya yang jernih mengalir tenang diapit pepohonan rimbun, menciptakan lorong hijau alami yang begitu menenangkan. Angin semilir, suara air mengalir, dan sinar matahari yang menembus celah daun, seolah mengajak siapa pun yang datang untuk berhenti sejenak dan mendengarkan bisikan alam.
Di sini, waktu berjalan lambat. Tak ada bising kendaraan, tak ada hiruk-pikuk kota. Hanya ada desiran daun dan aroma tanah yang lembap, harmoni yang mendalam dan langka di era modern ini.
Baca Juga, Kilasinformasi: Rasamadu Heritage: Destinasi Wisata Klasik Sentuhan Eropa
Tak hanya cocok untuk pencinta ketenangan, Tempursari juga menawarkan sensasi petualangan. Di beberapa titik, sungainya bisa diarungi menggunakan perahu kecil. Saat menyusuri jalur air ini, pengunjung bisa menyaksikan lanskap hutan yang masih perawan, burung-burung liar terbang bebas, dan suasana sunyi yang menenangkan.
Bagi para fotografer atau konten kreator, kawasan ini adalah surga. Muhammad Luqman, salah satu kreator asal Lumajang, bahkan menyebut Tempursari sebagai “lokasi footage paling alami yang pernah ia abadikan”. Tanpa filter atau editan rumit, visualnya sudah seperti dokumenter profesional.
Uniknya, keasrian Tempursari tak lepas dari kearifan lokal warganya. Penduduk sekitar hidup berdampingan dengan alam, menjaga hutan, sungai, dan laut seperti bagian dari keluarga. Bagi mereka, alam adalah warisan leluhur yang harus dirawat demi masa depan generasi berikutnya.
Ketika sore tiba, langit Tempursari berubah menjadi kanvas raksasa berwarna oranye dan ungu. Dan saat malam menyapa, gemerlap bintang di langit bebas polusi menjadi pertunjukan alami yang menggetarkan jiwa. Tidur di tenda di tepi sungai, diiringi suara jangkrik dan gemericik air, menjadi pengalaman yang tak tergantikan.
“Tak ada sinyal di sini, dan justru itulah keindahannya. Kamu tak hanya melihat keindahan, tapi merasakannya sepenuh hati,” ujar Luqman, Senin (19/5/2025).
Pagi hari di Tempursari disambut kabut lembut dan udara dingin yang menyegarkan. Secangkir kopi di tepi sungai tak ubahnya kemewahan yang tak bisa ditemukan di kafe mana pun. Pengalaman ini membuat banyak pengunjung membawa pulang satu hal: kerinduan.
Baca Juga, kilasinformasi: Pantai Glagah Wangi Istambul: Surga Tersembunyi di Demak
Kerinduan untuk kembali. Untuk menyatu lagi dengan alam. Untuk mendengar suara hening yang sejati.
Karena Tempursari bukan hanya tempat, tapi ruang batin. “Amazon-nya Lumajang” ini bukan sekadar julukan manis—ia adalah wujud nyata dari ketenangan yang dirindukan dunia.
Sumber: Infopublik.id