Wabup Sleman dukung dalang cilik dalam upaya pelestarian budaya lokal. Pagelaran wayang jadi media edukasi dan regenerasi seni tradisional.
Kilasinformasi.com, Sleman, – Pagelaran wayang kulit tak lagi hanya milik para maestro. Di Dusun Ketingan, Kalurahan Tirtoadi, Sleman, semangat pelestarian seni tradisional justru digelorakan oleh anak-anak. Rabu malam (16/4), tiga dalang cilik unjuk kebolehan dalam sebuah pertunjukan yang sarat makna, disaksikan langsung oleh Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa.
Acara yang digelar oleh Sanggar Sunu Aji Budaya ini menghadirkan Syarif Maulana Ramadhan (15), Muhammad Ramzi (10), dan Apta Diharja (12) sebagai dalang cilik utama. Ketiganya membuktikan bahwa cinta terhadap budaya tak mengenal usia.

Wabup Danang menyambut positif inisiatif ini. Dalam sambutannya, ia memberikan apresiasi mendalam kepada Harjono selaku pemilik sanggar dan semua pihak yang turut andil dalam pelestarian budaya lokal. Baginya, wayang bukan sekadar pertunjukan, tapi bagian dari jati diri bangsa yang telah diakui UNESCO sebagai warisan dunia.
Baca Juga, Kilasinformasi: Danang Maharsa: Kongres ASKAB PSSI Sleman Jadi Langkah Nyata Majukan Sepak Bola Daerah
“Yang paling membanggakan adalah keterlibatan anak-anak secara langsung. Ini bukan pekerjaan mudah di tengah era digital yang menawarkan begitu banyak distraksi. Tapi justru di sinilah tantangan dan nilai lebihnya. Kita harus memperkenalkan budaya tradisional sebagai identitas bangsa sejak dini,” ujar Danang.
Tak hanya memberi dukungan secara moral, Danang juga mengajak Dinas Pariwisata serta Dinas Kebudayaan Sleman untuk lebih aktif mendukung kegiatan serupa. Menurutnya, pelestarian budaya membutuhkan kolaborasi dan kesinambungan lintas sektor.
Sementara itu, Harjono menyampaikan bahwa pagelaran ini bukan semata hiburan bagi masyarakat. Pertunjukan dalang cilik ini juga direkam dan akan diikutsertakan dalam Festival Dalang Cilik yang digelar oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Festival ini menjadi ajang bergengsi yang mempertemukan kreativitas generasi muda pencinta seni pedalangan dari berbagai daerah.

“Kami ingin anak-anak ini tak hanya tampil, tapi juga punya ruang apresiasi dan kompetisi. Festival ini memberi semangat sekaligus tantangan bagi mereka untuk terus belajar dan mencintai wayang,” terang Harjono.
Langkah Sanggar Sunu Aji Budaya ini mencerminkan betapa pentingnya regenerasi dalam pelestarian budaya. Keterlibatan anak-anak bukan hanya soal mempertahankan tradisi, tetapi juga menanamkan rasa bangga terhadap kekayaan budaya sendiri.
Baca Juga, Kilasinformasi: Wabup Danang Ungkap Program Pembangunan Sleman untuk Masa Depan
Dalam konteks pembangunan karakter dan identitas daerah, kegiatan seperti ini juga dapat menjadi daya tarik wisata budaya sekaligus sarana edukasi. Sleman sebagai salah satu pusat kebudayaan di Yogyakarta tentu memiliki modal besar untuk terus memelopori pelestarian seni tradisional yang adaptif terhadap zaman.
Pelestarian budaya tak harus rumit atau berskala besar. Dimulai dari panggung kecil di dusun dengan semangat besar dari anak-anak, warisan budaya bisa terus hidup dan tumbuh. Harapan ke depan, semakin banyak sanggar dan komunitas seni di Sleman dan sekitarnya yang mengambil langkah serupa, menjaga seni tradisi tetap berdetak dalam denyut kehidupan modern. (Ari.Gan)